BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba adalah mikroorganisme yang berukuran
kecil dan kasat mata, dalam hal ini adalah bakteri dan fungi. Mikroorganisme
ini bersifat pathogen dan parasit terhadap manusia. Mikroorganisme dapat kita
jumpai di seluruh lingkungan sekitar. Sumber mikroorganisme dapat berasal dari udar, tanah, debu
yang menempel pada benda, dan yang paling banyak terdapat kontaminan
mikroorganisme adalah dari tubuh manusia. Tubuh manusia merupakan sumber
mikroorganisme terbanyak, contohya bakteri dari keringat, tangan, nafas,
bakteri mulut, rambut, kuku, dan lain.lain.
Mikroorganisme tersebut sangat mudah mengontaminasi atau
berinteraksi dengan apa yang ada
disekitarnya, dan itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Ini akan
menjadi masalah serius ketika mikroorganisme tersebut berinteraksi dengan sel
dalam tubuh manusia. Sehingga yang terjadi adalah system imun dalam tubuh akan
diserang dan efeknya adalah kondisi kesehatannya menurun.
Sebagai tenaga farmasis yang selalu bekerja dengan
obat-obatan dan peracikan, pemahaman tentang interaksi dan kontaminasi bakteri
atau mikroorganisme harus ditekankan. Hal ini karena seperti kita tahu bahwa
bakteri tersebar dilingkungan kita, maka bagaimana cara kita meminimalisir
kontaminasi bakteri terhadap sediaan obat yang kita buat. Jika kita tidak dapat
meminimalisir kontaminasi bakteri terhadap sediaan obat kita, maka yang terjadi
adalah obat yang kita buat akan berbahaya terhadap pasien yang meminumnya.
Kondisi kesehatan tidak akan membaik justru memperburuk kondisi kesehatan
pasien, karena obat yang diminumnya berbakteri.
Selain itu, obat-obatan yang erat kaitannya dengan
mikrobiologi dan mikroorganisme adalah antibiotik. Antibiotic adalah jenis obat
yang paling banyak diberikan dokter
kepada pasiennya. Antibiotik berperan sebagai penghambat atau pembunuh bakteri
yang menginfeksi pasien, sehingga pasien akan sembuh ketika meminum antibiotic
tersebut. Sebelum ditemukan antibiotic tersebut, para ilmuwan telah melakukan
penelitian bahwa senyawa antibiotic tertentu dapat membunuh jenis bakteri
tertentu.
Oleh karena itu, sangat penting peranan ilmu mikrobiologi
dalam bidang kefarmasian. Dalam praktikum mikrobiologi ini dipelajari cara
identifikasi bakteri untuk menentukan jenis antibiotic apa yang cocok untuk
suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri tertentu. Praktikum yang dilakukan
meliputi cara pembuatan media tumbuh bakteri, sterilisasi media tumbuh bakteri, isolasi dan
pembiakan bakteri kontaminan, penentuan jenis bakteri, morfologi bakteri
sampai uji aktivitas antibakteri.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara pembuatan media
tumbuh dan sterilisasinya?
2.
Bagaimana cara pembiakan dan isolasi
bakteri dari tangan?
3.
Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri
berdasarkan pewarnaan sel?
4.
Bagaimana cara mengetahui daya hambat
suatu senyawa antibiotic terhadap bakteri tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum mikrobiologi ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui tahapan-tahapan
pembuatan media tumbuh untuk bakteri dan sterilisasi media tersebut
2.
Untuk mengetahui cara pembiakan dan
isolasi bakteri untuk mendapatkan koloni tunggal
3.
Untuk menentukan jenis dan bentuk atau
morfologi bakteri
4.
Untuk menguji daya sensitivitas bakteri
terhadap beberapa jenis antibiotik
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Media
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan
kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme
dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam
anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme
lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium
ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk dan Wheeler, 1993).
Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrient
yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air.
Nutrient ini adalah degradasi dari nutrient dengan molekul yang kompleks.
Nutrient dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup yang
meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Anonim, 2008).
Banyak
macam medium yang dipergunakan untuk menumbuhkan jasad renik. Meskipun demikian
pada dasarnya medium dibedakan berdasarkan kriteria tertentu seperti: fase,
komposisi atau fungsi dari medium itu. Macam-macam media itu diantaranya:
1. Medium berdasarkan fase (sifat
fisik)
a. Medium padat yaitu medium yang
mengandung agar 12-15 gram setiap satu liter air (1 resep medium); contohnya
adalah Nutrient Agar (NA), Glucose Agar (GA).
b. Medium setengah padat yaitu medium
yang mengandung agar kurang dari 0,5 persen dalam satu liter air.
c. Medium cair yaitu medium yang tidak
mengandung agar; contohnya adalah Nutrient Broth (NB), Lactoce Broth (LB).
2. Medium berdasarkan komposisi
a. Medium sintesis yaitu medium yang
komposisi zat kimianya diketahui secara pasti; contohnya adalah Glucose Agar
(GA).
b. Medium semi sintesis yaitu medium
yang sebagian dari komposisi zat kimianya diketaui; contohnya adalah Potato
Dextrose Agar (PDA).
c. Medium non-sintesis yaitu medium
yang komposisi zat kimianya tidak diketahui secara pasti; contohnya adalah
umumnya medium alami seperti: kaldu daging sapi, ekstrak wortel.
3.
Medium
berdasarkan fungsi
a. Medium umum yaitu medium yang
terdiri dari zat-zat pepton dan ekstrak khamir (yeast ekstract), untuk
menumbuhan banyak jenis jasad renik.
b.
Medium
selektif yaitu medium yang ditambah zat tertentu sehingga bersifat selektif,
artinya hanya merangsang pertumbuhan jasad renik tertentu, sedangkan yang lain
mati. Contohnya adalah medium yang diberi kristal ungu, untuk merangsang
pertumbuhan bakteri Gram negatif, sedangkan Gram positif mati.
c.
Medium
diferensial yaitu medium mengandung senyawa yang akan menyebabkan pertumbuhan
jasad renik tertentu dengan akibat perubahan tertentu pada medium itu yang
dapat membedakan jasad renik itu dengan jasad renik lain. Contohnya adalah
medium yang ditambah indikator yang akan berubah warna dalam suasana asam
akibat aktivitas jasad renik yang ditumbuhkan pada medium itu, yang dapat
membentuk asam minal memfermentasi gula pada medium yang mengandung indikator
itu tidak menghasilkan asam sehingga warna medium iu tidak berubah.
d.
Medium
uji (Assay-Medium) yaitu medium dengan komposisi tertentu untuk mngetahui atau
menguji adanya zat tertentu di dalam medium itu misal adanya vitamin,
antibiotik atau yang lain, dengan menggunakan jasad renik, dengan menggunakan
jasad renik sebagai alat uji (pertumbuhannya).
e.
Medium
diperkaya yaitu medium yang mengandung komponen sangat komplek seperti darah,
serum, kuning telur untuk menumbuhkan jasad renik yang bersifat heterotrof.
Contoh adalah Loefller untuk menumbuhkan basil difentri.
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan
yang digunakan. Hal-hal penting yang mempengaruhi dalam pembuatan media adalah
sebagai berikut:
1.
Air sangat sangat penting bagi
organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk
masuknya nutrient ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air
suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi.
Pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas air
sadah sudah dapat meyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat
(Hadioetomo, 1993).
2.
Penimbangan
sebaiknya dilakukan pada timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 g dengan
kapasitas ≥2000 g. Penimbangan tidak perlu dilakukan secara aseptis namun tetap
dalam keadaan bersih.
3.
Konsentrasi
agar 15.0 g/L umumnya digunakan untuk membuat media padat. Konsentrasi yang
lebih rendah (7,5–10.0 g/L) dipakai untuk membuat soft agars atau
media semisolid. Agar larut pada suhu 84°C dan memadat pada
38°C (Atlas, 2010:1). Konsentrasi agar yang lebih dari ketentuan
mengakibatkan proses pemadatan lebih cepat pada saat penuangan. Proses pelarutan
agar dapat menggunakan hot plate dan magnetic stirrer.
Indikasi larutnya agar umumnya ditunjukkan dengan beningnya media atau
mencairnya serbuk agar yang tertempel pada dinding erlenmeyer. Sebaiknya pada
saat pelarutan hindari panas berlebihan. Overheating mengakibatkan
sebagian media menjadi buih dan akan mendesak keluar dari mulut wadah dan juga
membuat kerak pada dasarnya.
4.
Media
agar yang sangat tipis ketebalannya masih memungkinkan mikroorganisme untuk
tumbuh (yang mungkin akan berpengaruh kepada ukuran koloni) dan
nutrisi media yang tipis masih cukup memenuhi kebutuhan. Namun ketebalan media
lebih mempengaruhi faktor teknis dalam penanaman seperti ketahanan agar saat
menerima tekanan spreader atau saat di goresloop dan
kehilangan air karena menguap. Namun sebaliknya media padat yang terlalu tebal
tentu sangat memboroskan. Volume yang cukup untuk cawan petri diameter 9 cm
adalah antara 12-15 ml media.
5.
pH
sebaiknya diukur sebelum sterilisasi pada suhu 25°C sesuai ketentuan pH
menggunakan pH meter. Sehingga setelah proses sterilisasi media akan memiliki
pH sesuai persyaratan (± 0,2 pH unit). Jika pengaturan pH diperlukan maka dapat
diatur dengan larutan steril sodium hydroxide (NaOH)
40 g/l atau hydrochloric acid (HCl) 36,5 g/l.
Setelah disterilisasi pH sebaiknya dicek kembali dengan sedikit menuang sampel
media steril (ISO/TS 11133-1. 2009:8).
2.2 Prinsip dan Tujuan Sterilisasi
2.2.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau
kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua mikroorganisme. Alat
yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus
disterilisasikan untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersenut dari
semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang terdapat pada suatu benda.
2.2.2 Macam-macam sterilisasi
Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
penggunaan panas (pemijaran dan udara panas), penyaringan dan penggunaan bahan
kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin
(Hadioetomo, 1993).
1. Sterilisasi secara mekanik
Sterilisasi
mekanik adalah teknik sterilisasi dengan metode filtrasi atau penyaringan.
Filternya berupa saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat
dilakukan dengan pemanasan,pembekuan,dan penyinaran
a. Pemanasan Kering
·
Udara
Panas Oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas-oven. Selama pemanasan kering, mikroorganisme
dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh
koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas.
Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C
selama 1-4 jam[16].
·
Pemijaran
langsung
Pemijaran
langsung yaitu dengan membakar
alat pada api secara langsung, contoh alat yang disterilisasi secara langsung
adalah jarum inokulum, pinset, batang L,
dan lain lain.
b. Panas lembab
·
Uap
bertekanan (Autoklaf)
Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan
tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara
panas. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F
adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
Pada saat sumber panas dinyalakan,
air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti
dengan uap air, katup uap atau udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses
sterilisasi dimulai dan berlangsung selama 15 sampai 20 menit. Setelah proses
sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun
perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan
mencapai 0 psi.
Beberapa media atau bahan yang tidak
disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti
serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen,
seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya
presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat
dilakukan pencegahan sbb :
- Glukosa disterilkan terpisah
dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan
terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan
terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5
jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar
dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media
maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan
media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu
30 menit.
·
Uap
panas pada 100oC
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air
mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan
dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur[21].
·
Air
mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi
jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus
benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20
menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang
telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi
pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol
tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam[23].
c. Sinar ultraviolet
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV.
3. Sterilisasi menggunakan bahan kimia
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya
menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Alkohol membunuh kuman dengan cara
menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur,
protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol.
2.3
Pembiakan dan Isolasi Bakteri
2.3.1
Isolasi bakteri
Isolasi bakteri adalah proses mengambil
bakteri dari medium atau lingkungannya dengan metode tertentu dan
menumbuhkannya dimedium buatan sehingga diperoleh biakan murni. (Dwidjoseputro,
1992)
Ada 3 teknik isolasi bakteri yaitu sebgai berikut:
1.
Teknik Piringan Gores ( Streak Plant Method)
Prinsip metode ini yaitu
mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga
mempermudah proses isolasi. Caranya dengan menggoreskan koloni pada media
steril. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Cara ini lebih menguntungkan
bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan
yang diperoleh dengan latihan.
(Dwidjoseputo,1992).
Ada beberapa teknik penggoresan antara lain:



2. Teknik Sebar (Spread Plate Method)
Pada teknik ini kultur bakteri dihapuskan pada media agar
padat secara acak dan merata menggunakan batang L. Sehingga bakteri yang tumbuh
tidak hanya dipermukaan , tetapi menyebar diseluruh media.
3. Teknik Tuang ( Pour Plate Method)
Pada teknik ini media agar diinokulasikan dalam keadaan
tetap cair pada suhu 45oC dan demikian pula koloni-koloni akan
berkembang diseluruh media. Jika menggunakan metode ini, maka biakan awal harus
diencerkan.
2.3.2
Morfologi
koloni
Setelah
dilakukan penggoresan, maka bakteri yang telah ditanam pada media diinkubasi
selama 1x24 jam pada suhu 37oC. setelah tumbuh, bakteri akan tumbuh
dan membentuk koloni. Bentuk koloni akan bermacam-macam. Oleh karena itu,
dilakukan identifikasi morfologi koloni.
Morfologi
koloni adalah cara ilmuwan dapat mengidentifikasi bakteri. Bila bakteri
ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok
yang dinamakan koloni
Morfologi Bentuk koloni
berbeda-beda untuk setiap species dan bentuk ini merupakan ciri khas bagi suatu
species tertentu.
Ada berbagai aspek untuk mengetahui morfologi bakteri yaitu sebagai berikut :
1. Sifat-sifat umum suatu koloni
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan
medium adalah:
· Besar kecilnya
koloni, ada yang berupa titik atau melebar sampai menutup
permukaan medium
· Bentuk, ada yang
bulat, memanjang, tepi rata atau tidak merata.
· Kenaikan
permukaan, ada yang rata dengan medium atau timbul menjulang dari
permukaan medium.
· Halus kasarnya
permukaan, ada yang halus, kasar atau tidak rata.
· Kenampakan permukaan, ada yang
permukaan mengkilat atau suram
· Warna, kebanyakan
koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuning-kuningan, tapi ada juga yang
berwarna merah muda, coklat, hijau, unggu atau biru.
·
Kepekaan, ada yang
lunak seperti lendir, seperti mentega, kering atau keras.
2.
Sifat-sifat khusus suatu koloni
dalam medium padat
Sifat-sifat yang dibahas berikut ini adalah koloni
yang tumbuh pada agar-agar lempengan, agar miring dan tusukan dalam gelatin.
a. Sifat-sifat
koloni pada agar-agar lempengan
·
Bentuk koloni dilukiskan sebagai
titik-titik, bulat, berbenang, serupa akar, serupa kumparan.
·
Permukaan koloni dapat datar, timbul
mendatar, timbul melengkung
atau mencembung/
atau membukit atau timbul berkawah.
·
Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, berbelah-belah, bergerigi atau keriting.
b.
Sifat-sifat koloni pada agar-agar
miring
Sifat-sifat
koloni pada agar-agar miring berkisar pada bentuk dan tepi koloni. Ada yang
serupa pedang, duri, tasbih, titik-titik, batang atau akar.
c. Sifat-sifat
koloni pada tusukan dalam gelatin
Ada bakteri yang mampu mengencerkan gelatin atau tidak
dapat mengencerkan gelatin. Oleh karena itu bentuk koloninya berbeda-beda. Bila
dilihat dari samping yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat serupa pedang,
tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot atau serpa batang.
3. Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium cair
Medium cair dapat diperoleh dengan tidak
mencampurkan agar-agar atau gelatin ke dalamnya. Di dalam medium cair, bakteri
akan ketahuan sikapnya terhadap udara. Demikian sifat-sifat koloninya akan
berbeda-beda. Permukaan medium dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin atau
selaput.
2.3.3
Media Miring
Pada penggunaan media miring tidak lagi menggunakan cawan petri, tetapi
menggunakantabung reaksi yang diisi dengan media NA kemudian dibaringkan dalam
kondisi miring sampai medium memadat. Hasil dari pembiakan di cawan petri
sebelumnya, digoreskan lagi pada media miring dengan cara dgores dari bagian
dalam tabung menuju mult tabung secara zig-zag kemudian diinkubasi kembali pada
suhu 37oC selama 24jam. Penggoresan pada media miring ini dilakukan
agar dapat diamati tepi miring suatu koloni dengan mudah dan untuk mendapatkan
biakan murni.
2.4
Identifikasi
Bakteri
2.4.1
Pewarnaan Bakteri
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884.
Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram
positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan
oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel sepertiMycoplasma sp (Tryana,
2008)
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangatlah
sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat
kecil. Untuk mengamati hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan
sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena
itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitisn mikrobiologi. (Rizki, 2008)
Macam-macam teknik pewarnaan:
1. Pewarnaan negative
Pewarnaan negative untuk mengamati morfologi organism yang sukar
diwarnai oleh pewarnaan sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar
belakang.
2. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana menggunakan satu macam zat warna yaitu
methylen blue atau air fukhsin
tujunannya hanya untuk melihat bentuk sel. Kebanyakan bakteri mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplamanya bersifat
basofilik (suka akan basa). (hadiutomo, 1990)
2. Pewarnaan Differensial
Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari
satu zat warna. Pewarnaan ini debagi menjadi 2 yaitu:
a. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau
metode gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua
kelompok besar yakni gram + dan gram – berdasarkan sifat kimia dan fisik dnding
sel mereka. Dalam pewarnaan gram, diperlukan 4 reagen yaitu :
·
Zat warna utama
(Kristal violet)
·
Mordan (larutan Iodin)
yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
·
Pencuci atau peluntur
zat warna (alcohol atau aseton) yaitusolven organic yang digunakan untuk
melunturkan zat warna utama.
·
Zat warna kedua atau
cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan cat utama setelh perlakuan dengan alcohol.
Tahapan pengecatan
gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
a. Pemberian cat warna
utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu
b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan
larutan mordan
c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan
alcohol asam
d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin (
Suriawieia, 2002).
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak dapat
mempertahankan zat warna metal ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat warna metal ungu gelap. Setelah dicuci dengan
alkool, sementara bakteri gram negatifnya tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu
pewarna menimbal di tambahkan setelah metal ungu yang membuat semua bakteri gram
negative, menjadi berwrna merah, atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tip bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur
dinding sel mereka (Fizahazny, 2008)
Cirri-ciri gram
negative:
· Struktur dinding selnya tipis, sekitar
10-45mm, berlapis tiga atau multi layer
· Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak
(11-22%), peptidoglikan terdapt dalam lapisan kaku,, sebelh dalam dengan
jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam laktat.
· Kurag rentan terhadap senyawa penisilin.
· Tidak resisten terhadap gangguan fisik
Ciri-ciri bakteri gram
positif:
· Struktur dindingnya tebal
· Dinding selnya mengandung lipid yang lebih
normal
· Bersifat lebih rentan terhadap senyawa
penisilin
· Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat
warna seperti ungu Kristal
· Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit
· Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
b. Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan ini
ditujukan untuk bakteri yang mengandung lemak konsentrasi tinggi.
4. Pewarnaan khusus
Pewarnaan khusus
merupaka metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau tertentuk dari
bakteri seperti spora, kapsul, dan flagel.
2.4.2
Morfologi Bakteri
Secara harafiah, morfologi
berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi dalam cabang
ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme,
terutama hewan
dan tumbuhan
dan mencakup bagian-bagiannya. Berikut morfologi bakteri:
1. Bentuk
Bakteri
Berdasarkan morfologinya, bakteri dapat
dibagi atas 3 golongan, yaitu:
a. Golongan
Basil (basillus)
Yaitu bakteri yang berbentuk batang.
Kata basil berasal dari kata basilus
yang berarti basil. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
·
Monobasil
yaitu satu sel bakteri bentuk batang yang tidak bergandengan dengan sel bakteri
lain.
·
Diplobasil
yaitu dua sel bakteri yang berpasangan atau bergandengan.
·
Streptobasil
yaitu sel bakteri yang berpasangan membetuk rantai panjang.
·
Palisade
yaitu seperti jaringan palisade, berdempetan pada sisi panjang sel.
·
Kokobasil
yaitu bakteri yang berbentuk bulat dan lonjong
b. Golongan
kokus (coccus)
Yaitu bakteri yang berbentuk bola-bola
kecil (coccus). Bentuk kakus dapat
debedakan menjadi:
·
Monokokus
yaitu
sel bakteri berbentuk bulat tunggal.
·
Diplokokus
yaitu sel bakteri kokus yang bergandengan dua-dua.
·
Diplokokus
berkapsul yaitu sel bakteri kokus yang berpasangan dua-dua yang berselubung
kapsul. Contohnya : Diplococcus pneumonia
·
Tetrakokus yaitu sel bakteri kokus yang mengelompok
berempat. Contohnya : Pediococcus cerevisiae.
·
Sarkina
yaitu delapan sel bakteri kokus yang membentuk kubus. Contohnya : Sarcina ventriculi.
·
Streptokokus
yaitu sel bakteri kokus yang bergandengan panjang menyerupai rantai. Contohnya : Streptococcus pyogenes
·
Stafilokokus
yaitu sel bakteri kokus yang terdiri dari
lebih dari 4 sel bergerombol (tak beraturan) mirip dengan anggur. Contohnya : Staphylococus aureus
c. Golongan
Spiral (spirillum)
Yaitu bakteri yang berbentuk bengkok seperti spiral. Golongan ini
merupakan golongan yang paling kecil, jika dibanding dengan golongan basil dan
kokus. Bakteri golongan ini dibedakan
menjadi 3 macam yaitu :
·
Spiral
yaitu golongan bakteri dengan bentuk sel gelombang, misalnya spirillum. Sel
tubuhnya umumnya kaku. Contohnya : Spirillum volutans
·
Vibrio
mempunyai bentuk seperti tanda koma, dianggap sebagai bentuk spiral yang tidak
semupurna. Contohnya :
Vibrio colerae
·
Spirochaeta yaitu bakteri
berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat
memanjang dan mengerut.contohnya : Treponema pallidum.
2.5 Uji Aktivitas Antibiotik
2.5.1 Metode Uji
Sensitivitas Antibakteri
uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji
sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi
yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis
menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan
untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa
semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin
sensitif (Gaman, dkk. 1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji
sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya
hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di
sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
bahan anti bakteri (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk
mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab
penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui
adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten
terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik
yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat
penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic
(Dwidjoseputro, 1998).
2.4.2 Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. (Djide, 2003).
Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap
bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi
dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai
spektrum sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,
sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio, dkk.
1994).
Berdasarkan
spectrum atau aktivitas kerjanya, antibiotic dibagi menjadi 4 meiputi:
a.
Spektrum kerja luas
Antibiotik spektrum kerja luas dapat dapat
bekerja terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan mikroba lain
seperti klamidia, mikroplasma, riketsia. Penggunaan spektrum luas digunakan
apabila identifikasi kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat
menghambat pula bakteri flora normal dalam tubuh.
b.
Spektrum kerja sempit
Antibiotik spektrum sempit umumnya
terbatas pada bakteri gram posif atau gram negatif saja. Contohnya eritromisin,
klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang
streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
c.
Spektrum kerja relatif luas
Antibiotik spektrum relatif luas dapat
bekerja pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pada dosis rendah
antibiotik jenis ini akan bekerja sebagai antibiotik dengan spektrum kerja
sempit, dan pada dosis yang tinggi antibiotik ini dapat bekerja pada bakteri
gram positif maupun bakteri gram negatif.
d.
Spektrum kerja spesifik
Berbeda dengan antibiotik spektrum luas
dan antibiotik spektrum sempit, antibiotik jenis ini bukan bekerja pada bakteri
gram positif atau gram negatif, tetapi lebih spesifik lagi yaitu bakteri yang
bersifat aerob dan bakteri yang bersifat anaerob.
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba
maka antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu :
1.
antibiotik
penghambat sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini
ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin.
2.
antibiotik
penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini
ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan
tetrasilin.
3.
antibiotik
penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok
ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon.
4.
antibiotik
pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini
ialah golongan polien.
5.
antibiotik
penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah
untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik.
(Pelczar, 1986).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Alat : Timbangan Cawan petri
Sendok
tanduk Kawat
Ose
Kertas
perkamen Pipet tetes
Beaker
glass Kertas
coklat
Botol
semprot Kapas
Pemanas
spiritus Tabung
reaksi
Kasa
asbes Inkubator
Kaki
tiga Autoklaf
Erlenmeyer Kaca objek
Cover Pinset
Paper
disk Penggaris
Mikroskop Tisu
Blue
tip Kompor
Bahan : Nutrient Agar Aquades
Biakan
bakteri Alkhohol
70%
Kristal
violet Iodin
Alkhohol
96% Safranin
Larutan
NaCl Amoxicillin
Ampicillin Rifampisin
3.2 Pembuatan Media dan Sterelisasi
·
Pembuatan Media dari Nutrient Agar
-
Ditimbang nutrient agar dengan perhitungan
pengambilan bahan:
1000 ml
-
Natrium Agar dilarutkan dengan 50ml aquades
dalam beaker glass
-
Dipanaskan sambil diaduk hingga campuran
terlihat larut dan berwarna agak bening
-
Media dimasukkan dalam Erlenmeyer dan ditutup
dengan kapas dan dibungkus dengan kertas coklat kemudian diikat dengan karet
-
Dimasukkan dalam autoklaf untuk disterelisasi
·
Sterelisasi Media dan Cawan Petri
-
Media dan cawan petri dimasukkan dalam wadah
autoklaf
-
Dimasukkan air dalam autoklaf tidak sampai
mengenai wadah media dan cawan petri
-
Ditutup autoklaf, kunci seluruh kunci autoklaf
dan dibuka katup autoklaf kemudian dinyalakan kompornya
-
Ditunggu autoklaf hingga timbul bunyi dari
autoklaf
-
Tutup katup autoklaf dan biarkan suhunya
mencapai 250⁰F
-
Jika suhunya sudah mencapai 250⁰F,
dikecilkan apinya dan ditunggu sampai 15 menit
-
Ditunggu suhunya turun sampai 0⁰C,
kemudian matikan api dan turunkan autoklaf
-
Buka katup autoklaf dan buka kunci autoklaf
-
Keluarkan media dan alat praktikum yang sudah
disterelisasi
·
Penanaman Isolat bakteri yang diinginkan
-
Dituangkan media dari Nutrient Agar yang sudah
disterilkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan (dekatkan nyala api dari
Bunsen saat proses penuangan media agar bakteri tidak terkontaminasi)
-
Cawan petri yang sudah diisi media diputar
searah dengan angka 8
-
Ditunggu media memadat
-
Dimasukkan isolat bakteri dari mulut sambil
didekatkan nyala api agar tidak terkontaminasi bakteri lain yang tidak
diinginkan
-
Dibungkus cawan petri dengan kertas coklat dan
dimasukkan dalam inkubator untuk diinkubasi selama 1x24jam
3.3
Pembiakan
dan Isolasi Bakteri
·
Pembuatan media cawan petri baru dan media
miring
-
Ditimbang nutrient agar dengan perhitungan
pengambilan bahan:
1000 ml
-
Natrium Agar dilarutkan dengan 100 ml aquades
dalam beaker glass
-
Dipanaskan sambil diaduk hingga campuran
terlihat larut dan berwarna agak bening
-
Dituang larutan media Nutrient Agar kedalam 4
tabung reaksi masing-masing 7ml, sisa larutan media Nutrient Agar dimasukkan
dalam Erlenmeyer
-
Erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup dengan
kapas kemudian ditutup kembali dengan kertas coklat dan diikat dengan karet
-
Dimasukkan tabung reaksi dan Erlenmeyer yang
diisi dengan media Nutrient Agar serta 4 cawan petri yang akan digunakan
sebagai tempat media baru kedalam autoklaf untuk disterelisasi
·
Sterelisasi tabung rekasi, Erlenmeyer berisi
media dan cawan petri
-
Tabung rekasi, Erlenmeyer berisi media dan
cawan petri dimasukkan dalam wadah autoklaf
-
Dimasukkan air dalam autoklaf
-
Ditutup autoklaf, kunci seluruh kunci autoklaf
dan dibuka katup autoklaf kemudian dinyalakan kompornya
-
Ditunggu autoklaf hingga timbul bunyi dari
autoklaf
-
Tutup katup autoklaf dan biarkan suhunya
mencapai 250⁰F
-
Jika suhunya sudah mencapai 250⁰F,
dikecilkan apinya dan ditunggu sampai 15 menit
-
Ditunggu suhunya turun sampai 0⁰C,
kemudian matikan api dan turunkan autoklaf
-
Buka katup autoklaf dan buka kunci autoklaf
-
Keluarkan tabung reaksi, Erlenmeyer dan cawan
petri yang sudah disterelisasi
-
Dituang media Nutrient Agar dari Erlenmeyer
yang sudah disterilkan kedalam 4 cawan petri yang sudah disterelisasi secara
rata
-
Diputar cawan petri searah dengan bentuk angka
8 dan ditunggu sampai memadat
-
Untuk media yang ada dalam tabung reaksi
diletakkan dalam posisi miring dan ditunggu sampai memadat pula
-
Medium dalam cawan petri digunakan untuk
pembiakan bakteri hasil penanaman, sedangkan untuk media pada tabung reaksi
dimasukkan dalam lemari es untuk pembiakan selanjutnya
·
Teknik atau Prosedur Isolasi biakan murni
dengan Streak Plate Method (metode gores) Kuadran
-
Ujung kawat ose disterilkan dengan cara dibakar
diatas nyala api Bunsen, kemudian disentuhkan di pinggir media Nutrient Agar
yang lama untuk mengetahui apakah kawat ose masih panas atau tidak
-
Diambil koloni bakteri dengan ujung kawat ose
pada media lama
-
Kawat
ose yang telah digoreskan bakteri di media lama kemudian digoreskan kembali
pada media baru yang sudah disterilkan. Penggoresan menggunakan metode kuadran
yakni dengan membagi cawan menjadi 4
daerah, kemudian digoreskan seperti gambar berikut
Kawat
ose yang telah digoreskan bakteri di media lama kemudian digoreskan kembali
pada media baru yang sudah disterilkan. Penggoresan menggunakan metode kuadran
yakni dengan membagi cawan menjadi 4
daerah, kemudian digoreskan seperti gambar berikut
Ose disterilkan terlebih dahulu dengan cara
dibakar, kemudian diambil sampel bakteri dari media lama dan digoreskan pada
media baru pada bagian I, setelah itu kawat ose dibakar pada Bunsen lagi dan
digunakan untuk penggoresan dibagian II, dan begitu seterusnya.
-
Setelah dilakukan penggoresan, cawan petri
ditutup dan dibungkus dengan kertas coklat dan dimasukkan kedalam autoklaf pada
suhu 37⁰C selama 24 jam
·
Teknik Isolasi Biakan Murni pada Media Miring
-
Setelah proses inkubasi selesai maka hasil
biakkan di cawan petri dibiakkan kedalam media miring dengan cara mengambil
satu koloni saja yang tumbuh sendirian
-
Ujung kawat ose disterilkan dengan cara dibakar
pada nyala api Bunsen sampai warna kawat ose seperti nyala api
-
Disentuhkan kawat ose pada pinggir media di
cawan petri untuk mengetahui masih panas atau tidak
-
Jika kawat ose sudah tidak panas maka
digoreskan ujung kawat ose pada bakteri yang ada di cawan petri
-
Ujung kawat ose digoreskan pada media miring
dengan arah gesekan dari dalam tabung reaksi menuju luar dengan arah zig-zag
-
Tabung reaksi ditutup dengan kapas dan kertas
coklat kemudian diikat dengan karet
-
Dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37⁰C selama
3hari
-
Diamati bentuk morfologi dari koloni
3.4
Teknik
Pewarnaan Bakteri
·
Pembuatan Olesan
-
Disiapkan kaca objek untuk olesan bakteri
-
Dibersihkan dengan alkhohol 70 % kemudian dilap
dengan tisu
-
Ditetesi 1 aquades pada kaca objek
-
Diambil biakan bakteri dengan ujung kawat
nikrom kemudian di letakkan pada kaca objek
-
Diratakan bakteri, kemudian dikeringkan dengan
cara dianginkan
-
Difiksasi dengan menggunakan api agar bakteri
menempel pada kaca objek
·
Pewarnaan Gram
-
Hasil olesan bakteri yang sudah difiksasi
ditetesi Kristal violet, diamkan selama 1 menit
-
Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan
dengan cara dianginkan
-
Ditetesi kembali kaca objek dengan iodine,
diamkan selama 1 menit
-
Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan
dengan cara dianginkan
-
Ditetesi kaca objek dengan alkhohol 96% sebagai
peluntur zat warna sampai tetesan yang dihasilkan bening
-
Dikeringkan dengan cara dianginkan
-
Ditetesi kaca objek dengan safranin, diamkan
selama 1 menit
-
Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan
dengan cara dianginkan
-
Ditutup kaca objek dengan cover kemudian amati
warna yang dihasilkan dari bakteri tersebut karena dengan warna yang ditunjukkan
dapat diketahui bakteri tersebut termasduk jenis bakteri gram positif atau gram
negative
3.5
Uji
Aktifitas Antibiotik
·
Ditimbang nutrient agar dengan perhitungan
pengambilan bahan:
1000 ml
·
Disterelisasi media Nutrient agar, cawan petri,
blue tip, kertas cakram, aquades, pinset dan larutan NaCl 0,85%
·
Pembuatan cakram antibiotic
-
Disiapkan 1 tablet antibiotik ampicillin,
amoxicillin dan rifampsin
-
Dimasukkan dalam beaker glass, ditambahkan 15
ml aquades steril sampai larut
-
Dimasukkan kertas saring yang telah dibentuk
bulat kedalam larutan antibiotic selama 10 – 15 menit
·
Prosedur UjiAktifitas Bakteri
-
Dilarutkan bakteri dalam media miring dengan
NaCl yang telah disterilkan
-
Dimasukkan bakteri yang sudah dilarutkan dengan
NaCl kedalam cawan petri yang sudah disterelisasi
-
Diratakan bakteri keseluruh bagian cawan petri
-
Ditambahkan media Nutrient agar yang sudah
disterelisasi kedalam cawan petri
-
Dihomogenkan perlahan dengan memutar cawan
searah dengan angka delapan dan ditunggu sampai memadat
-
Diletakkan kertas cakram yang sudah dibuat ke dalam cawan petri
-
Dibungkus cawan petri dengan kertas coklat
kemudian diikat dengan karet
-
Diinkubasi selama 1x24 jam
-
Setelah proses inkubasi selesai maka diamati
zona bening pada daerah sekitar yang telah diberi antibiotik
Diukur diameter dari zona bening
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Media danSterilisasi
Pembuatan media tumbuh bakteri menggunakan
Nutrient Agar (NA) dan proses sterilisasi media menggunakan autoklaf dengn
prinsip panas basah pada suhu 250oF dengan tekanan 1 atm selama 15
menit. Pada suhu 250oF
dipastikan bakteri atau mikroorganisme
yang ada didalam media akan mati.
Setelah media disterilisasi, pada saat
proses penuangan, media ke cawan harus secara aseptis baik dari tangan
praktikan maupun dari alat yang digunakan dengan cara menyemprotkan alkohol.
4.2 Hasil dan pembahasan pembiakan dan
isolasi bakteri
4.3 Hasil dan pembahasan identifikasi
mikroorganisme
·
Hasil pewarnaan
|
No
|
Sampel
|
Bentuk
|
Gram +/-
|
Gambar
|
|
1
|
Sampel 1
|
Bulat bergerumbul
|
+ (ungu)
|
|
|
2
|
Sampel 2
|
Bulat bergandengan dua-dua
|
+ (ungu)
|
|
|
3
|
Sampel 3
|
Bulat melekat bergerumbul
|
+ (ungu)
|
|
|
4
|
Sampel 4
|
Bulat bergerumbul
|
+ (ungu)
|
|
|
5
|
Sampel 5
|
Bulat bergerumbul
|
+ (ungu)
|
|
·
Pembahasan
4.4 Hasil
dan pembahasan uji aktivitas antibiotik
·
Hasil
|
No
|
Sampel
|
Panjang Zona Bening (cm)
|
|||
|
Amoxicillin
|
Ampicillin
|
Rifampisin
|
Gambar
|
||
|
1
|
Sampel 1
|
|
|
|
|
|
2
|
Sampel 2
|
3,2 cm
|
4,3 cm
|
5,3 cm
|
|
|
3
|
Sampel 3
|
|
|
|
|
|
4
|
Sampel 4
|
|
|
|
|
|
5
|
Sampel 5
|
|
|
|
|
·
Pembahasan
Pada
praktikum ini, uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik menggunakan metode
disc difussion. Cakram yang mengandung antibiotik, diletakkan dimedia agar
berbakteri maka setelah diinkubasi selama 1x24 jam, terbentuk zona bening
disekitar cakram.
Prinsip
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui daya hambat masing-masing antibiotik
terhadap pertumbuhan bakteri. Zona bening yang terbentuk menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Semakin panjang diameter zona
bening, maka menunjukkan bahwa bakteri tersebut semakin sensitif.
Pada
percobaan ini, sampel 2 setelah diinkubasi 24 jam, diperoleh hasil bahwa media
yang diuji dengan antibiotik rifampisin mempunyai diameter paling lebar
dibandingkan ampicillin dan amoxicillin. Rifampisin memiliki zone bening 5,3
cm. Hal ini membuktikan bahwa bakteri gram + (pengujian pada praktikum
sebelumnya) yang diuji paling sensitif pada antibiotik rifampisin. Rifampisin
merupakan golongan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu aktif bekerja terhadap
gram + dan gram -.
Rifampisin
bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Rifampisin bersifat
bakterisid, karena rifampisin bersifat destruktif terhadap bakteri. Mekanisme kerja antibiotik
ini bekerja dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase
untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik DNA mereka sendiri.
Tanpa enzim ini bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati.
Sedangkan
ampicillin dan amoxicillin meskipun tergolong antibiotik berspektrum luas,
tetapi mekanisme kerja antibiotik jenis ini bakteriostatik yaitu dengan
menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri tidak membunuh bakteri. Oleh
karena itu, zona bening yang terbentuk tidak seluas rifampisin.
Zona
bening yang terbentuk, tidak melingkar sempurna dan tidak terlalu terlihat
batas zona beningnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi suspensi bakteri terlalu
kecil saat ditanam didalam cawan. Sehingga, ketika diinkubasi, pertumbuhan
bakteri yang diluar zona bening tak terbentuk sempurna adalah karena ketika
meletakkan cakram (yang telah direndam dalam larutan antibiotik), cairannya
menetes pada bagian media lain sehingga zona yang terbentuk pun tak beraturan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada
praktikum isolasi dan identifikasi mikroorganisme kontaminan dari tangan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
-
Pembuatan media tumbuh bakteri menggunakan
media Nutrient Agar (NA) kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 250oF
dengan tekanan 1atm selama 15 menit.
-
Penumbuhan bakteri kontaminan dilakukan
dengan menempelkan tangan pada medium, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 1x24 jam.
-
Hasil pertumbuhan bakteri digoreskan pada
media baru di cawan petri dengan metode penggoresan kuadran secara aseptis.
Kemudian diinkubasi 37oC selama 1x24 jam.
-
Bakteri yang tumbuh ditumbuhkan lagi pada
media miring kemudian diinkubasi kembali pada suhu 37oC selama 1x24
jam.
-
Koloni yang tumbuh diamati bentuknya, tepi
pinggir, permukaan, kepadatan, transparansi dan warna.
-
Identifikasi jenis bakteri dilakukan dengan
teknik pewarnaan. Semua bakteri pada sampel yang diuji hasilnya gram +, karena
pada pewarnaan dengan kristal violet, memberikan warna ungu. Pewarnaan juga
untuk mengamati bentuk bakteri, bentuk bakteri dari hasil praktikum adalah
bakteri jenis coocus.
-
Pada uji sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik , bakteri gram + paling peka terhadap rifampisin dibandingkan dengan
ampicillin dan amoxicillin. Hal ini dibuktikan dengan zona beningnya yang
terbentuk paling besar.
5.2 Saran