Jumat, 21 Juli 2017

pembuatan media dan sterilisasi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Mikroba adalah mikroorganisme yang berukuran kecil dan kasat mata, dalam hal ini adalah bakteri dan fungi. Mikroorganisme ini bersifat pathogen dan parasit terhadap manusia. Mikroorganisme dapat kita jumpai di seluruh lingkungan sekitar. Sumber mikroorganisme dapat berasal dari udar, tanah, debu yang menempel pada benda, dan yang paling banyak terdapat kontaminan mikroorganisme adalah dari tubuh manusia. Tubuh manusia merupakan sumber mikroorganisme terbanyak, contohya bakteri dari keringat, tangan, nafas, bakteri mulut, rambut, kuku, dan lain.lain.
Mikroorganisme tersebut sangat mudah mengontaminasi atau berinteraksi dengan  apa yang ada disekitarnya, dan itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Ini akan menjadi masalah serius ketika mikroorganisme tersebut berinteraksi dengan sel dalam tubuh manusia. Sehingga yang terjadi adalah system imun dalam tubuh akan diserang dan efeknya adalah kondisi kesehatannya menurun.
Sebagai tenaga farmasis yang selalu bekerja dengan obat-obatan dan peracikan, pemahaman tentang interaksi dan kontaminasi bakteri atau mikroorganisme harus ditekankan. Hal ini karena seperti kita tahu bahwa bakteri tersebar dilingkungan kita, maka bagaimana cara kita meminimalisir kontaminasi bakteri terhadap sediaan obat yang kita buat. Jika kita tidak dapat meminimalisir kontaminasi bakteri terhadap sediaan obat kita, maka yang terjadi adalah obat yang kita buat akan berbahaya terhadap pasien yang meminumnya. Kondisi kesehatan tidak akan membaik justru memperburuk kondisi kesehatan pasien, karena obat yang diminumnya berbakteri.
Selain itu, obat-obatan yang erat kaitannya dengan mikrobiologi dan mikroorganisme adalah antibiotik. Antibiotic adalah jenis obat yang paling banyak diberikan  dokter kepada pasiennya. Antibiotik berperan sebagai penghambat atau pembunuh bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga pasien akan sembuh ketika meminum antibiotic tersebut. Sebelum ditemukan antibiotic tersebut, para ilmuwan telah melakukan penelitian bahwa senyawa antibiotic tertentu dapat membunuh jenis bakteri tertentu.
Oleh karena itu, sangat penting peranan ilmu mikrobiologi dalam bidang kefarmasian. Dalam praktikum mikrobiologi ini dipelajari cara identifikasi bakteri untuk menentukan jenis antibiotic apa yang cocok untuk suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri tertentu. Praktikum yang dilakukan meliputi cara pembuatan media tumbuh bakteri,  sterilisasi media tumbuh bakteri, isolasi dan pembiakan bakteri kontaminan, penentuan jenis bakteri, morfologi bakteri sampai  uji aktivitas antibakteri.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara pembuatan media tumbuh  dan sterilisasinya?
2.      Bagaimana cara pembiakan dan isolasi bakteri dari tangan?
3.      Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan sel?
4.      Bagaimana cara mengetahui daya hambat suatu senyawa antibiotic terhadap bakteri tersebut?

1.3  Tujuan
Tujuan dari praktikum mikrobiologi ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan media tumbuh untuk bakteri dan sterilisasi media tersebut
2.      Untuk mengetahui cara pembiakan dan isolasi bakteri untuk mendapatkan koloni tunggal
3.      Untuk menentukan jenis dan bentuk atau morfologi bakteri
4.      Untuk menguji daya sensitivitas bakteri terhadap beberapa jenis antibiotik

1.4  Manfaat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Media
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk dan Wheeler, 1993).
Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrient yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrient ini adalah degradasi dari nutrient dengan molekul yang kompleks. Nutrient dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Anonim, 2008).
Banyak macam medium yang dipergunakan untuk menumbuhkan jasad renik. Meskipun demikian pada dasarnya medium dibedakan berdasarkan kriteria tertentu seperti: fase, komposisi atau fungsi dari medium itu. Macam-macam media itu diantaranya:
1.   Medium berdasarkan fase (sifat fisik)
a.       Medium padat yaitu medium yang mengandung agar 12-15 gram setiap satu liter air (1 resep medium); contohnya adalah Nutrient Agar (NA), Glucose Agar (GA).
b.      Medium setengah padat yaitu medium yang mengandung agar kurang dari 0,5 persen dalam satu liter air.
c.       Medium cair yaitu medium yang tidak mengandung agar; contohnya adalah Nutrient Broth (NB), Lactoce Broth (LB).
2.   Medium berdasarkan komposisi
a.       Medium sintesis yaitu medium yang komposisi zat kimianya diketahui secara pasti; contohnya adalah Glucose Agar (GA).
b.      Medium semi sintesis yaitu medium yang sebagian dari komposisi zat kimianya diketaui; contohnya adalah Potato Dextrose Agar (PDA).
c.       Medium non-sintesis yaitu medium yang komposisi zat kimianya tidak diketahui secara pasti; contohnya adalah umumnya medium alami seperti: kaldu daging sapi, ekstrak wortel.
3.   Medium berdasarkan fungsi
a.       Medium umum yaitu medium yang terdiri dari zat-zat pepton dan ekstrak khamir (yeast ekstract), untuk menumbuhan banyak jenis jasad renik.
b.      Medium selektif yaitu medium yang ditambah zat tertentu sehingga bersifat selektif, artinya hanya merangsang pertumbuhan jasad renik tertentu, sedangkan yang lain mati. Contohnya adalah medium yang diberi kristal ungu, untuk merangsang pertumbuhan bakteri Gram negatif, sedangkan Gram positif mati.
c.       Medium diferensial yaitu medium mengandung senyawa yang akan menyebabkan pertumbuhan jasad renik tertentu dengan akibat perubahan tertentu pada medium itu yang dapat membedakan jasad renik itu dengan jasad renik lain. Contohnya adalah medium yang ditambah indikator yang akan berubah warna dalam suasana asam akibat aktivitas jasad renik yang ditumbuhkan pada medium itu, yang dapat membentuk asam minal memfermentasi gula pada medium yang mengandung indikator itu tidak menghasilkan asam sehingga warna medium iu tidak berubah.
d.      Medium uji (Assay-Medium) yaitu medium dengan komposisi tertentu untuk mngetahui atau menguji adanya zat tertentu di dalam medium itu misal adanya vitamin, antibiotik atau yang lain, dengan menggunakan jasad renik, dengan menggunakan jasad renik sebagai alat uji (pertumbuhannya).
e.       Medium diperkaya yaitu medium yang mengandung komponen sangat komplek seperti darah, serum, kuning telur untuk menumbuhkan jasad renik yang bersifat heterotrof. Contoh adalah Loefller untuk menumbuhkan basil difentri.
      Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang digunakan. Hal-hal penting yang mempengaruhi dalam pembuatan media adalah sebagai berikut:
1.       Air sangat sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrient ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat meyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat (Hadioetomo, 1993).
2.      Penimbangan sebaiknya dilakukan pada timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 g dengan kapasitas ≥2000 g. Penimbangan tidak perlu dilakukan secara aseptis namun tetap dalam keadaan bersih.
3.      Konsentrasi agar 15.0 g/L umumnya digunakan untuk membuat media padat. Konsentrasi yang lebih rendah (7,5–10.0 g/L) dipakai untuk membuat soft agars atau media semisolid. Agar larut pada suhu 84°C dan memadat pada 38°C (Atlas, 2010:1). Konsentrasi agar yang lebih dari ketentuan mengakibatkan proses pemadatan lebih cepat pada saat penuangan. Proses pelarutan agar dapat menggunakan hot plate dan magnetic stirrer. Indikasi larutnya agar umumnya ditunjukkan dengan beningnya media atau mencairnya serbuk agar yang tertempel pada dinding erlenmeyer. Sebaiknya pada saat pelarutan hindari panas berlebihan. Overheating mengakibatkan sebagian media menjadi buih dan akan mendesak keluar dari mulut wadah dan juga membuat kerak pada dasarnya.
4.      Media agar yang sangat tipis ketebalannya masih memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh (yang  mungkin akan berpengaruh kepada ukuran koloni) dan nutrisi media yang tipis masih cukup memenuhi kebutuhan. Namun ketebalan media lebih mempengaruhi faktor teknis dalam penanaman seperti ketahanan agar saat menerima tekanan spreader atau saat di goresloop dan kehilangan air karena menguap. Namun sebaliknya media padat yang terlalu tebal tentu sangat memboroskan. Volume yang cukup untuk cawan petri diameter 9 cm adalah antara 12-15 ml media.
5.      pH sebaiknya diukur sebelum sterilisasi pada suhu 25°C sesuai ketentuan pH menggunakan pH meter. Sehingga setelah proses sterilisasi media akan memiliki pH sesuai persyaratan (± 0,2 pH unit). Jika pengaturan pH diperlukan maka dapat diatur dengan larutan steril sodium hydroxide (NaOH) 40 g/l atau hydrochloric acid (HCl) 36,5 g/l. Setelah disterilisasi pH sebaiknya dicek kembali dengan sedikit menuang sampel media steril (ISO/TS 11133-1. 2009:8).

2.2 Prinsip dan Tujuan Sterilisasi
2.2.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua mikroorganisme. Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasikan untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersenut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda.
2.2.2 Macam-macam sterilisasi
Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas), penyaringan dan penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin (Hadioetomo, 1993).
1.      Sterilisasi secara mekanik
Sterilisasi mekanik adalah teknik sterilisasi dengan metode filtrasi atau penyaringan. Filternya berupa  saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2.      Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan,pembekuan,dan penyinaran
a. Pemanasan Kering
·         Udara Panas Oven
            Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi dalam udara panas-oven. Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam[16].
·         Pemijaran langsung
           Pemijaran langsung yaitu dengan membakar alat pada api secara langsung, contoh alat yang disterilisasi secara langsung adalah  jarum inokulum, pinset, batang L, dan lain lain.
b. Panas lembab
·         Uap bertekanan (Autoklaf)
            Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap atau udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan berlangsung selama 15 sampai 20 menit. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
·         Uap panas pada 100oC
            Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur[21].
·         Air mendidih
            Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam[23].
c.        Sinar ultraviolet
           Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
3.      Sterilisasi menggunakan bahan kimia
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol.

2.3 Pembiakan dan Isolasi Bakteri
2.3.1 Isolasi bakteri
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungannya dengan metode tertentu dan menumbuhkannya dimedium buatan sehingga diperoleh biakan murni. (Dwidjoseputro, 1992)
Ada 3 teknik isolasi bakteri yaitu sebgai berikut:
1.       Teknik Piringan Gores ( Streak Plant Method)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Caranya dengan menggoreskan koloni pada media steril. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Cara ini lebih menguntungkan bila  ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh  dengan latihan.  (Dwidjoseputo,1992).
Ada beberapa teknik penggoresan antara lain:
*      Goresan Radian
Description: G:\MIKROBIOLOGI&PARASIT\KULIAH\radian.jpeg
*      Goresan Kuadran
Description: G:\MIKROBIOLOGI&PARASIT\KULIAH\kuadran.jpeg
*      Goresan Continue

Description: G:\MIKROBIOLOGI&PARASIT\KULIAH\kontinyu.jpeg

2.      Teknik Sebar (Spread Plate Method)
Pada teknik ini kultur bakteri dihapuskan pada media agar padat secara acak dan merata menggunakan batang L. Sehingga bakteri yang tumbuh tidak hanya dipermukaan , tetapi menyebar diseluruh media.
3.      Teknik Tuang ( Pour Plate Method)
Pada teknik ini media agar diinokulasikan dalam keadaan tetap cair pada suhu 45oC dan demikian pula koloni-koloni akan berkembang diseluruh media. Jika menggunakan metode ini, maka biakan awal harus diencerkan.
2.3.2        Morfologi koloni
Setelah dilakukan penggoresan, maka bakteri yang telah ditanam pada media diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC. setelah tumbuh, bakteri akan tumbuh dan membentuk koloni. Bentuk koloni akan bermacam-macam. Oleh karena itu, dilakukan identifikasi morfologi koloni.
Morfologi koloni adalah cara ilmuwan dapat mengidentifikasi bakteri. Bila bakteri ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni Morfologi  Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap species dan bentuk ini merupakan ciri khas bagi suatu species tertentu. Ada berbagai aspek untuk mengetahui morfologi bakteri yaitu sebagai berikut :
1.      Sifat-sifat umum suatu koloni
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan medium adalah:
·        Besar kecilnya koloni, ada yang berupa titik atau melebar sampai menutup permukaan medium
·        Bentuk, ada yang bulat, memanjang, tepi rata atau tidak merata.
·        Kenaikan permukaan, ada yang rata dengan medium atau timbul menjulang dari permukaan medium.
·        Halus kasarnya permukaan, ada yang halus, kasar atau tidak rata.
·        Kenampakan permukaan, ada yang permukaan mengkilat atau suram
·        Warna, kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuning-kuningan, tapi ada juga yang berwarna merah muda, coklat, hijau, unggu atau biru.
·         Kepekaan, ada yang lunak seperti lendir, seperti mentega, kering atau keras.
2.      Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium padat
Sifat-sifat yang dibahas berikut ini adalah koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, agar miring dan tusukan dalam gelatin.
a.          Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan
·         Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, serupa akar, serupa kumparan.
·         Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung atau mencembung/ atau membukit atau timbul berkawah.
·         Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, berbelah-belah, bergerigi atau keriting.
b.      Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring
Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berkisar pada bentuk dan tepi koloni. Ada yang serupa pedang, duri, tasbih, titik-titik, batang atau akar.
c.        Sifat-sifat koloni pada tusukan dalam gelatin
Ada bakteri yang mampu mengencerkan gelatin atau tidak dapat mengencerkan gelatin. Oleh karena itu bentuk koloninya berbeda-beda. Bila dilihat dari samping yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot atau serpa batang.
3.      Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium cair
Medium cair dapat diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar atau gelatin ke dalamnya. Di dalam medium cair, bakteri akan ketahuan sikapnya terhadap udara. Demikian sifat-sifat koloninya akan berbeda-beda. Permukaan medium dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin atau selaput.
2.3.3        Media Miring
Pada penggunaan media miring tidak lagi menggunakan cawan petri, tetapi menggunakantabung reaksi yang diisi dengan media NA kemudian dibaringkan dalam kondisi miring sampai medium memadat. Hasil dari pembiakan di cawan petri sebelumnya, digoreskan lagi pada media miring dengan cara dgores dari bagian dalam tabung menuju mult tabung secara zig-zag kemudian diinkubasi kembali pada suhu 37oC selama 24jam. Penggoresan pada media miring ini dilakukan agar dapat diamati tepi miring suatu koloni dengan mudah dan untuk mendapatkan biakan murni.

2.4      Identifikasi Bakteri
2.4.1 Pewarnaan Bakteri
            Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel sepertiMycoplasma sp (Tryana, 2008)
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangatlah sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengamati hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitisn mikrobiologi. (Rizki, 2008)
Macam-macam teknik pewarnaan:
1.      Pewarnaan negative
Pewarnaan negative untuk mengamati morfologi organism yang sukar diwarnai oleh pewarnaan sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang.
2.      Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana menggunakan satu macam zat warna yaitu methylen blue atau air fukhsin  tujunannya hanya untuk melihat bentuk sel. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplamanya bersifat basofilik (suka akan basa). (hadiutomo, 1990)
2.   Pewarnaan Differensial
Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu zat warna. Pewarnaan ini debagi menjadi 2 yaitu:
a.       Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar yakni gram + dan gram – berdasarkan sifat kimia dan fisik dnding sel mereka. Dalam pewarnaan gram, diperlukan 4 reagen yaitu :
·         Zat warna utama (Kristal violet)
·         Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
·         Pencuci atau peluntur zat warna (alcohol atau aseton) yaitusolven organic yang digunakan untuk melunturkan zat warna utama.
·         Zat warna kedua atau cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelh perlakuan dengan alcohol.
Tahapan pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
a. Pemberian cat warna utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu
b.      Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan
c.       Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alcohol asam
d.      Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin ( Suriawieia, 2002).
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metal ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metal ungu gelap. Setelah dicuci dengan alkool, sementara bakteri gram negatifnya tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna menimbal di tambahkan setelah metal ungu yang membuat semua bakteri gram negative, menjadi berwrna merah, atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tip bakteri ini berdasarkan perbedaan  struktur dinding sel mereka (Fizahazny, 2008)
Cirri-ciri gram negative:
·         Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi layer
·         Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapt dalam  lapisan kaku,, sebelh dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam laktat.
·         Kurag rentan terhadap senyawa penisilin.
·         Tidak resisten terhadap gangguan fisik
Ciri-ciri bakteri gram positif:
·         Struktur dindingnya tebal
·         Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal
·         Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin
·         Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal
·         Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit
·         Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
b.      Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan ini ditujukan untuk bakteri yang mengandung lemak konsentrasi tinggi.
4.      Pewarnaan khusus
Pewarnaan khusus merupaka metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau tertentuk dari bakteri seperti spora, kapsul, dan flagel.

2.4.2        Morfologi Bakteri
       Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya. Berikut morfologi bakteri:
1.      Bentuk Bakteri
Berdasarkan morfologinya, bakteri dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu:
a.       Golongan Basil (basillus)
Yaitu bakteri yang berbentuk batang. Kata basil berasal dari kata basilus yang berarti basil. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
·         Monobasil yaitu satu sel bakteri bentuk batang yang tidak bergandengan dengan sel bakteri lain.
·         Diplobasil yaitu dua sel bakteri yang berpasangan atau bergandengan.
·         Streptobasil yaitu sel bakteri yang berpasangan membetuk rantai panjang.



·         Palisade yaitu seperti jaringan palisade, berdempetan pada sisi panjang sel.
·         Kokobasil yaitu bakteri yang berbentuk bulat dan lonjong
b.      Golongan kokus (coccus)
Yaitu bakteri yang berbentuk bola-bola kecil (coccus). Bentuk kakus dapat debedakan menjadi:
·         Monokokus yaitu sel bakteri berbentuk bulat tunggal.
·         Diplokokus yaitu sel bakteri kokus yang bergandengan dua-dua.
·         Diplokokus berkapsul yaitu sel bakteri kokus yang berpasangan dua-dua yang berselubung kapsul. Contohnya : Diplococcus pneumonia
·         Tetrakokus  yaitu sel bakteri kokus yang mengelompok berempat. Contohnya : Pediococcus cerevisiae.
·         Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus yang membentuk kubus. Contohnya : Sarcina ventriculi.
·         Streptokokus yaitu sel bakteri kokus yang bergandengan panjang menyerupai rantai. Contohnya : Streptococcus pyogenes
·         Stafilokokus  yaitu sel bakteri kokus yang terdiri dari lebih dari 4 sel bergerombol (tak beraturan) mirip dengan anggur. Contohnya : Staphylococus aureus
c.       Golongan Spiral (spirillum)
Yaitu bakteri yang berbentuk  bengkok seperti spiral. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibanding dengan golongan basil dan kokus.  Bakteri golongan ini dibedakan menjadi 3 macam  yaitu :
·         Spiral yaitu golongan bakteri dengan bentuk sel gelombang, misalnya spirillum. Sel tubuhnya umumnya kaku. Contohnya : Spirillum volutans
·         Vibrio mempunyai bentuk seperti tanda koma, dianggap sebagai bentuk spiral yang tidak semupurna. Contohnya : Vibrio colerae
·          Spirochaeta yaitu bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.contohnya : Treponema pallidum.

2.5      Uji Aktivitas Antibiotik
2.5.1 Metode Uji Sensitivitas Antibakteri
uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk. 1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri  (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).

2.4.2 Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. (Djide, 2003).
Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
Berdasarkan spectrum atau aktivitas kerjanya, antibiotic dibagi menjadi  4 meiputi:
a.       Spektrum kerja luas
Antibiotik spektrum kerja luas dapat dapat bekerja terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan mikroba lain seperti klamidia, mikroplasma, riketsia. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula bakteri flora normal dalam tubuh.
b.      Spektrum kerja sempit
Antibiotik spektrum sempit umumnya terbatas pada bakteri gram posif atau gram negatif saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
c.       Spektrum kerja relatif luas
Antibiotik spektrum relatif luas dapat bekerja pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pada dosis rendah antibiotik jenis ini akan bekerja sebagai antibiotik dengan spektrum kerja sempit, dan pada dosis yang tinggi antibiotik ini dapat bekerja pada bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.
d.      Spektrum kerja spesifik
Berbeda dengan antibiotik spektrum luas dan antibiotik spektrum sempit, antibiotik jenis ini bukan bekerja pada bakteri gram positif atau gram negatif, tetapi lebih spesifik lagi yaitu bakteri yang bersifat aerob dan bakteri yang bersifat anaerob.
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu :
1.       antibiotik penghambat sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin.
2.       antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin.
3.       antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon.
4.       antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien.
5.       antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. (Pelczar, 1986).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Alat dan Bahan

1.      Alat :         Timbangan                              Cawan petri
                              Sendok tanduk                                    Kawat Ose
                              Kertas perkamen                     Pipet tetes
                              Beaker glass                            Kertas coklat
                              Botol semprot                         Kapas
                              Pemanas spiritus                      Tabung reaksi
                              Kasa asbes                               Inkubator
                              Kaki tiga                                 Autoklaf
                              Erlenmeyer                              Kaca objek
                              Cover                                      Pinset
                              Paper disk                               Penggaris
                              Mikroskop                               Tisu
                              Blue tip                                   Kompor

Bahan        :           Nutrient Agar                          Aquades
                              Biakan bakteri                         Alkhohol 70%
                              Kristal violet                           Iodin
                              Alkhohol 96%                         Safranin
                              Larutan NaCl                          Amoxicillin
                              Ampicillin                               Rifampisin

3.2  Pembuatan Media dan Sterelisasi
·         Pembuatan Media dari Nutrient Agar
-          Ditimbang nutrient agar dengan perhitungan pengambilan bahan:
            23gram/liter, untuk membuat 50ml maka 50ml x 23gram  = 1,15gram
                                                                             1000 ml
-          Natrium Agar dilarutkan dengan 50ml aquades dalam beaker glass
-          Dipanaskan sambil diaduk hingga campuran terlihat larut dan berwarna agak bening
-          Media dimasukkan dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas coklat kemudian diikat dengan karet
-          Dimasukkan dalam autoklaf untuk disterelisasi
·         Sterelisasi Media dan Cawan Petri
-          Media dan cawan petri dimasukkan dalam wadah autoklaf
-          Dimasukkan air dalam autoklaf tidak sampai mengenai wadah media dan cawan petri
-          Ditutup autoklaf, kunci seluruh kunci autoklaf dan dibuka katup autoklaf kemudian dinyalakan kompornya
-          Ditunggu autoklaf hingga timbul bunyi dari autoklaf
-          Tutup katup autoklaf dan biarkan suhunya mencapai 250F
-          Jika suhunya sudah mencapai 250F, dikecilkan apinya dan ditunggu sampai 15 menit
-          Ditunggu suhunya turun sampai 0C, kemudian matikan api dan turunkan autoklaf
-          Buka katup autoklaf dan buka kunci autoklaf
-          Keluarkan media dan alat praktikum yang sudah disterelisasi
·         Penanaman Isolat bakteri yang diinginkan
-          Dituangkan media dari Nutrient Agar yang sudah disterilkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan (dekatkan nyala api dari Bunsen saat proses penuangan media agar bakteri tidak terkontaminasi)
-          Cawan petri yang sudah diisi media diputar searah dengan angka 8
-          Ditunggu media memadat
-          Dimasukkan isolat bakteri dari mulut sambil didekatkan nyala api agar tidak terkontaminasi bakteri lain yang tidak diinginkan
-          Dibungkus cawan petri dengan kertas coklat dan dimasukkan dalam inkubator untuk diinkubasi selama 1x24jam

3.3    Pembiakan dan Isolasi Bakteri
·         Pembuatan media cawan petri baru dan media miring
-          Ditimbang nutrient agar dengan perhitungan pengambilan bahan:
            23gram/liter, untuk membuat 100ml maka 100ml x 23gram  = 2,3 gram
                                                                               1000 ml
-          Natrium Agar dilarutkan dengan 100 ml aquades dalam beaker glass
-          Dipanaskan sambil diaduk hingga campuran terlihat larut dan berwarna agak bening
-          Dituang larutan media Nutrient Agar kedalam 4 tabung reaksi masing-masing 7ml, sisa larutan media Nutrient Agar dimasukkan dalam Erlenmeyer
-          Erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup dengan kapas kemudian ditutup kembali dengan kertas coklat dan diikat dengan karet
-          Dimasukkan tabung reaksi dan Erlenmeyer yang diisi dengan media Nutrient Agar serta 4 cawan petri yang akan digunakan sebagai tempat media baru kedalam autoklaf untuk disterelisasi
·         Sterelisasi tabung rekasi, Erlenmeyer berisi media dan cawan petri
-          Tabung rekasi, Erlenmeyer berisi media dan cawan petri dimasukkan dalam wadah autoklaf
-          Dimasukkan air dalam autoklaf
-          Ditutup autoklaf, kunci seluruh kunci autoklaf dan dibuka katup autoklaf kemudian dinyalakan kompornya
-          Ditunggu autoklaf hingga timbul bunyi dari autoklaf
-          Tutup katup autoklaf dan biarkan suhunya mencapai 250F
-          Jika suhunya sudah mencapai 250F, dikecilkan apinya dan ditunggu sampai 15 menit
-          Ditunggu suhunya turun sampai 0C, kemudian matikan api dan turunkan autoklaf
-          Buka katup autoklaf dan buka kunci autoklaf
-          Keluarkan tabung reaksi, Erlenmeyer dan cawan petri yang sudah disterelisasi
-          Dituang media Nutrient Agar dari Erlenmeyer yang sudah disterilkan kedalam 4 cawan petri yang sudah disterelisasi secara rata
-          Diputar cawan petri searah dengan bentuk angka 8 dan ditunggu sampai memadat
-          Untuk media yang ada dalam tabung reaksi diletakkan dalam posisi miring dan ditunggu sampai memadat pula
-          Medium dalam cawan petri digunakan untuk pembiakan bakteri hasil penanaman, sedangkan untuk media pada tabung reaksi dimasukkan dalam lemari es untuk pembiakan selanjutnya
·         Teknik atau Prosedur Isolasi biakan murni dengan Streak Plate Method (metode gores) Kuadran
-          Ujung kawat ose disterilkan dengan cara dibakar diatas nyala api Bunsen, kemudian disentuhkan di pinggir media Nutrient Agar yang lama untuk mengetahui apakah kawat ose masih panas atau tidak
-          Diambil koloni bakteri dengan ujung kawat ose pada media lama
-          Description: G:\MIKROBIOLOGI&PARASIT\KULIAH\kuadran.jpegKawat ose yang telah digoreskan bakteri di media lama kemudian digoreskan kembali pada media baru yang sudah disterilkan. Penggoresan menggunakan metode kuadran yakni dengan membagi cawan menjadi  4 daerah, kemudian digoreskan seperti gambar berikut
           


Ose disterilkan terlebih dahulu dengan cara dibakar, kemudian diambil sampel bakteri dari media lama dan digoreskan pada media baru pada bagian I, setelah itu kawat ose dibakar pada Bunsen lagi dan digunakan untuk penggoresan dibagian II, dan begitu seterusnya.
-          Setelah dilakukan penggoresan, cawan petri ditutup dan dibungkus dengan kertas coklat dan dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 37C selama 24 jam
·         Teknik Isolasi Biakan Murni pada Media Miring
-          Setelah proses inkubasi selesai maka hasil biakkan di cawan petri dibiakkan kedalam media miring dengan cara mengambil satu koloni saja yang tumbuh sendirian
-          Ujung kawat ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api Bunsen sampai warna kawat ose seperti nyala api
-          Disentuhkan kawat ose pada pinggir media di cawan petri untuk mengetahui masih panas atau tidak
-          Jika kawat ose sudah tidak panas maka digoreskan ujung kawat ose pada bakteri yang ada di cawan petri
-          Ujung kawat ose digoreskan pada media miring dengan arah gesekan dari dalam tabung reaksi menuju luar dengan arah zig-zag
-          Tabung reaksi ditutup dengan kapas dan kertas coklat kemudian diikat dengan karet
-          Dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37C selama 3hari
-          Diamati bentuk morfologi dari koloni
3.4    Teknik Pewarnaan Bakteri
·         Pembuatan Olesan
-          Disiapkan kaca objek untuk olesan bakteri
-          Dibersihkan dengan alkhohol 70 % kemudian dilap dengan tisu
-          Ditetesi 1 aquades pada kaca objek
-          Diambil biakan bakteri dengan ujung kawat nikrom kemudian di letakkan pada kaca objek
-          Diratakan bakteri, kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan
-          Difiksasi dengan menggunakan api agar bakteri menempel pada kaca objek
·         Pewarnaan Gram
-          Hasil olesan bakteri yang sudah difiksasi ditetesi Kristal violet, diamkan selama 1 menit
-          Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan
-          Ditetesi kembali kaca objek dengan iodine, diamkan selama 1 menit
-          Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan
-          Ditetesi kaca objek dengan alkhohol 96% sebagai peluntur zat warna sampai tetesan yang dihasilkan bening
-          Dikeringkan dengan cara dianginkan
-          Ditetesi kaca objek dengan safranin, diamkan selama 1 menit
-          Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan
-          Ditutup kaca objek dengan cover kemudian amati warna yang dihasilkan dari bakteri tersebut karena dengan warna yang ditunjukkan dapat diketahui bakteri tersebut termasduk jenis bakteri gram positif atau gram negative

3.5    Uji Aktifitas Antibiotik
·         Ditimbang nutrient agar dengan perhitungan pengambilan bahan:
            23gram/liter, untuk membuat 150 ml maka 150ml x 23gram  = 3,45 gram
                                                                     1000 ml
·         Disterelisasi media Nutrient agar, cawan petri, blue tip, kertas cakram, aquades, pinset dan larutan NaCl 0,85%
·         Pembuatan cakram antibiotic
-          Disiapkan 1 tablet antibiotik ampicillin, amoxicillin dan rifampsin
-          Dimasukkan dalam beaker glass, ditambahkan 15 ml aquades steril sampai larut
-          Dimasukkan kertas saring yang telah dibentuk bulat kedalam larutan antibiotic selama 10 – 15 menit
·         Prosedur UjiAktifitas Bakteri
-          Dilarutkan bakteri dalam media miring dengan NaCl yang telah disterilkan
-          Dimasukkan bakteri yang sudah dilarutkan dengan NaCl kedalam cawan petri yang sudah disterelisasi
-          Diratakan bakteri keseluruh bagian cawan petri
-          Ditambahkan media Nutrient agar yang sudah disterelisasi kedalam cawan petri
-          Dihomogenkan perlahan dengan memutar cawan searah dengan angka delapan dan ditunggu sampai memadat
-          Diletakkan kertas cakram  yang sudah dibuat ke dalam cawan petri
-          Dibungkus cawan petri dengan kertas coklat kemudian diikat dengan karet
-          Diinkubasi selama 1x24 jam
-          Setelah proses inkubasi selesai maka diamati zona bening pada daerah sekitar yang telah diberi antibiotik
Diukur diameter dari zona bening


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Pembuatan Media danSterilisasi
Pembuatan media tumbuh bakteri menggunakan Nutrient Agar (NA) dan proses sterilisasi media menggunakan autoklaf dengn prinsip panas basah pada suhu 250oF dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Pada suhu 250oF  dipastikan bakteri atau mikroorganisme  yang ada didalam media akan mati.
Setelah media disterilisasi, pada saat proses penuangan, media ke cawan harus secara aseptis baik dari tangan praktikan maupun dari alat yang digunakan dengan cara menyemprotkan alkohol.
4.2  Hasil dan pembahasan pembiakan dan isolasi bakteri
4.3   Hasil dan pembahasan identifikasi mikroorganisme
·          Hasil pewarnaan
No
Sampel
Bentuk
Gram +/-
Gambar
1
Sampel 1
Bulat bergerumbul
+ (ungu)

2
Sampel 2
Bulat bergandengan dua-dua
+ (ungu)

3
Sampel 3
Bulat melekat bergerumbul
+ (ungu)

4
Sampel 4
Bulat bergerumbul
+ (ungu)

5
Sampel 5
Bulat bergerumbul
+ (ungu)


·         Pembahasan


4.4  Hasil dan pembahasan uji aktivitas antibiotik
·         Hasil
No
Sampel
Panjang Zona Bening (cm)
Amoxicillin
Ampicillin
Rifampisin
Gambar
1
Sampel 1




2
Sampel 2
3,2 cm
4,3 cm
5,3 cm

3
Sampel 3




4
Sampel 4




5
Sampel 5




·         Pembahasan
Pada praktikum ini, uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik menggunakan metode disc difussion. Cakram yang mengandung antibiotik, diletakkan dimedia agar berbakteri maka setelah diinkubasi selama 1x24 jam, terbentuk zona bening disekitar cakram.
Prinsip dari percobaan ini adalah untuk mengetahui daya hambat masing-masing antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri. Zona bening yang terbentuk menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Semakin panjang diameter zona bening, maka menunjukkan bahwa bakteri tersebut semakin sensitif.
Pada percobaan ini, sampel 2 setelah diinkubasi 24 jam, diperoleh hasil bahwa media yang diuji dengan antibiotik rifampisin mempunyai diameter paling lebar dibandingkan ampicillin dan amoxicillin. Rifampisin memiliki zone bening 5,3 cm. Hal ini membuktikan bahwa bakteri gram + (pengujian pada praktikum sebelumnya) yang diuji paling sensitif pada antibiotik rifampisin. Rifampisin merupakan golongan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu aktif bekerja terhadap gram + dan gram -.
Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Rifampisin bersifat bakterisid, karena rifampisin bersifat destruktif  terhadap bakteri. Mekanisme kerja antibiotik ini bekerja dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik DNA mereka sendiri. Tanpa enzim ini bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati.
Sedangkan ampicillin dan amoxicillin meskipun tergolong antibiotik berspektrum luas, tetapi mekanisme kerja antibiotik jenis ini bakteriostatik yaitu dengan menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri tidak membunuh bakteri. Oleh karena itu, zona bening yang terbentuk tidak seluas rifampisin.
Zona bening yang terbentuk, tidak melingkar sempurna dan tidak terlalu terlihat batas zona beningnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi suspensi bakteri terlalu kecil saat ditanam didalam cawan. Sehingga, ketika diinkubasi, pertumbuhan bakteri yang diluar zona bening tak terbentuk sempurna adalah karena ketika meletakkan cakram (yang telah direndam dalam larutan antibiotik), cairannya menetes pada bagian media lain sehingga zona yang terbentuk pun tak beraturan.


BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Pada praktikum isolasi dan identifikasi mikroorganisme kontaminan dari tangan, maka dapat disimpulkan bahwa :
-          Pembuatan media tumbuh bakteri menggunakan media Nutrient Agar (NA) kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 250oF dengan tekanan 1atm selama 15 menit.
-          Penumbuhan bakteri kontaminan dilakukan dengan menempelkan tangan pada medium, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
-          Hasil pertumbuhan bakteri digoreskan pada media baru di cawan petri dengan metode penggoresan kuadran secara aseptis. Kemudian diinkubasi 37oC selama 1x24 jam.
-          Bakteri yang tumbuh ditumbuhkan lagi pada media miring kemudian diinkubasi kembali pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
-          Koloni yang tumbuh diamati bentuknya, tepi pinggir, permukaan, kepadatan, transparansi dan warna.
-          Identifikasi jenis bakteri dilakukan dengan teknik pewarnaan. Semua bakteri pada sampel yang diuji hasilnya gram +, karena pada pewarnaan dengan kristal violet, memberikan warna ungu. Pewarnaan juga untuk mengamati bentuk bakteri, bentuk bakteri dari hasil praktikum adalah bakteri jenis coocus.
-          Pada uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik , bakteri gram + paling peka terhadap rifampisin dibandingkan dengan ampicillin dan amoxicillin. Hal ini dibuktikan dengan zona beningnya yang terbentuk paling besar.
5.2  Saran


pembuatan media dan sterilisasi