Story
Putri tak pernah
menyangka, kata-katanya yang bermaksud untuk memberi candaan kepada sang pacar
ternyata berbuah kepedihan.Sang pacar justru malah tersinggung dan marah
padanya.
Putri terpuruk dalam
kesedihan, meratapi diri sendiri. Ia tak
mampu berbuat apa pun, hanya menangis dan menangis. Ingin bercerita pada mama ia
malu, bercerita pada Kak Dika tak mungkin. Kak Dika juga sekarang telah
berkeluarga
“ Kenapa sih kamu tu
cepat banget ngambeknya?” Putri bergumam dalam hati
Benar- benar hari yang
tak terbayangkan.Malam yang diharapkan
menjadi malam yang paling membahagiakan justru berbuah sakit dalam hati Putri
hingga ia tak dapat tidur semalaman.
Keesokan harinya Putri
berangkat kesekolah dengan setengah hati.Ia masih tak habis fikir, kenapa
seorang Eza teganya mengatakan kata putus hanya karena merasa Putri sudah tak
percaya lagi padanya. Padahal Putri sangat mempercayai kekasihnya itu.
Di sekolah, ucapan
selamat datang dari semua teman-temannya,
“Pagi Put, Happy
birthaday ya, semoga semua harapan dan impian kamu tercapai serta tambah di
sayang sama Eza?” ujar Lia, sahabatnya.
Putri hanya menoleh
sembari tersenyum lesu.
“Kamu sakit ya, kok
lemah gitu sich”? TanyaLia
“Aku putus sama Eza,
dia marah sama aku gara- gara aku bilang ke dia kalo diaudah nggak sayang aku
lagi. Padahal aku cuma bercanda Li”.Putri menjelaskan
“ Masa sich Eza semarah itu sampai harus
mutusin kamu segala, mungkin kamu salah dengar atau salah baca sms dari Eza.
Kata sayang kamu anggap putus”.Lia mencoba mengingatkan siapa tahu Putri salah.
Tapi tidak, Putri
memang tidak salah membaca.Di situ jelas tertulis bahwa Eza menyampaikan
kekecewaannya pada Putri karena menganggap Putri tak pernah percaya padanya dan
Eza menyuruh Putri mencari laki- laki yang lebih baik darinya.
“ Udahlah, aku udah
capek diginiin terus. Ini udah yang ketiga kalinya dia putusin aku dan aku juga
punya batas kesabaran. Kalau kemarin aku mencoba untuk terus mempertahankan
hubungan ini sekarang aku udah nggak peduli lagi sama dia, terserah dia mau
putus ke’, mau nyebur ke laut ke’, aku udah nggak peduli” ujarPutri dengan pasrah.
Lia menarik nafas
panjang.Dalam hati, Liasangat menyayangkan perpisahan Putri dengan Eza.SetahuLia
kedua temannya itu sudah berpacaran lama, hampir dua tahun.Dan bagi Liamereka
berdua adalah pasangan yang sangat serasi.
Bel pulang sekolah Madrasayah Aliyah Mu’allimat Pancor berbunyi, Putri
setengah berlari keluar dari kelas dua belas IPA , kelasnya. Ia ingin cepat-
cepat pulang. Ia ingin menangis di kamar atau setidaknya bermain dengan Fardhan
hanya sekedar untuk menghilangkan kegalauan di hati.
Fardhan adalah
keponakan Putri. Ia berharap tingkah lucu dan menggemaskan Fardhan yang baru berusia enam bulan itu bisa
menghiburnya dan membuatnya tertawa. Selama ini Fardhan memang sering
menghiburnya jika sedang bersedih.Melihat tawa Fardhan membuat Putri jadi
senang.Bibirnya mungil memperlihatkan gusinya yang belum ada gigi satu pun.Aliskecilnya
terangkat, dan suara gelak tawa kecilnya sungguh menghibur Putri. Ayah dan Ibu
Fardhan bekerja di kantor sampai sore, karena itu Fardhan dititipkan di rumah Putri.
Di rumah, Putri
menghabiskan waktunya dengan mengurusi si kecil Fardhan Mulai dari memberinya
makan, memberi susu, dan menggendongnya jika Bibi Wati, bibi Putri sedang sibuk
memasak di dapur.
KetikaPutri sedang
asyik- asyiknya bermain dengan Fardhan, tiba- tiba satu sms datang.Putri
membacanya, dari Kak Irwan
Putbesok
jangan lupa ya kita ada janji untuk bertemu dengan Pak Gubernur guna
membicarakan masalah dana seminar yang akan kita adakan...,
Putri membalas:
Emang
siapa aja yang pergi Kak?
Pesan terkirim
Sebentar kemudian
balasan datang:
Adik,
Kakak, Eza, Nita, Lala, sama Marwa. Oke
ya??? Jangan sampai telat ya besok!
Putri menarik nafas
dalam-dalam.Apa mungkin Eza mau bertemu dengannya?
Sejujurnya dalam hati Putri
pun segan untuk bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Tapi, ia juga malu kalau
harus menolak tugas dari Kak Irwan hanya karena alasan pribadi. Putri
bingung.Ia bimbang.
Satu-satunya jalan bagi
Putri adalah menceritakan kepada Kak Irwan bahwa ia dan Eza sudah putus. Dengan
begitu Putri berharap tidak bertemu dengan Eza hari ini.
Maaf
Kak, kayaknya Eza nggak mungkin mau datang deh... dia pasti males ketemu sama
saya.
Message sent.
Putri membaringkan tubuhnya
di samping Fardhan.Handphonenya berbunyi. Pesan dari Kak Irwan
Emangnya
kenapa dik???
Putri membalas:
Semalam
saya baru aja dipitusin sama dia Kak.
Sepi.Tak ada balasan
lagi dari Kak Irwan.Dalam hati Putri berfikir mungkinkah Kak Irwan marah
padanya?
Tapi ini bukan salah Putri.Eza
yang memulainya.
Lama menunggu balasan
dari Kak Irwan Putri bosan, ia coba sekali lagi kirim sms pada Kak Irwan
Kakak
sebaiknya cari aja deh teman yang lain buat pergi, saya khawatir Eza nggak mau
pergi.
Sending message.....,
Message sent.
Handphone Putri
berbunyi, seseorang menelepon. Kak Irwan. Putri angkat.
“Halo...
Assalamu’alaikum Kak?”
“Wa’alaikumussalam
warahmatullah. Dik, biar Eza sama Kakak aja ya yang pergi. Motornya Cuma satu
ni. Adik tunggu aja ya hasilnya?”Kata suara di seberang.
“Iya Kak”. Jawab Putri.
Telpon terputus.Putri
kembali sendiri.Fardhan sudah di gendong Bibi Wati. Di luar suara Mama
memanggil.
“Putri ada teman yang
datang kok diem aja di dalam, kasihan ni temannya capek nunggu”. Suara Mama
nyaring terdengar.
Putri bergegas ke luar,
ternyata Marwa. Sepertinya Marwa fikir
mereka jadi pergi ke kantor gubernuran bersama Eza dan Kak Irwan
“Kita nggak jadi pergi
Wa, Cuma Kak Irwan dan Eza yang pergi.
Motor yang kita pakai ke sana nggak ada” .Putri memberitahu tampa diminta
terlebih dahulu.
Marwa hanya mengangguk.
Mereka berdua berjalan
beriringan ke kamar Putri. Di sanaPutri bercerita pada Marwa tentang ia dan Eza
yang putus hanya gara- gara guyonan Putri. Marwa sesekali haya tersenyum sambil
membalas sms yang terus berdatangan ke handphonenya.
“Mangkanya itu, aku
jadi sebel sama dia” Putri mengakhiri ceritanya.
“Kalian berdua ya,
besok juga pasti nyambung lagi”.Marwa hanya menjawab sambil tersenyum.
“Aku udah nggak mau
lagi balikan sama dia. Udah terlalu sering dia kayak gini. Dulu dia putusin aku
gara- gara alasan yang nggak jelas.Kedua kita juga hampir putus hanya karena
aku mau kuliah ke luar negeri dan dia merasa takut sakit hati.Waktu itu aku
masih berusaha sabar dan mencoba buat pertahanin hubungan kami.Aku bela-belain
untuk ketemu sama dia Cuma agar dia tahu aku masih berharap kita bisa lanjut”.Putri
bercerita dengan wajah hampir menangis.
“Dan sekarang, aku udah
nggak tahan lagi. Aku udah capek diputusin terus. Aku nggak akan mau balikan
lagi sama dia” sambung Putri.
Marwa hanya bisa
menjadi pendengar setia.
Usai menceritakan
semuanya, Putri berkutat dengan laptopnya.Ia asyik bermain game hingga tak
memperhatikan Marwa tertidur. Takut mengganggu Putri keluar dari kamar.Ia
mencari Fardhan.
Sore hari Marwa
mengajak Putri pergi ke taman kota. Setelah mandi dan shalat Ashar
mereka berdua berjalan- jalan ke taman kota Bermi. Suasananya cukup
ramai.Putri dan Marwa mengambil tempat di atas rerumputan di bawah poho
jati.Tempat itu agak jauh dari keramaian.Baru saja mereka duduk tiba- tiba
handphone Putri berbunyi, satu sms.
Kakak
cepat datang ke ruang sekretariat”.
Dari Aris, adik kelas
sekaligus ketua acara seminar yang akan di adakan Putri.
“Kita di suruh ke ruang
sekretariatWa sama Aris. Kayaknya ada yang penting”.Putri menginformasikan pada
Marwa.
Mereka berdua bergegas
menuju ke ruang sekretariat.
Sesampainya di sana,
Putri sedikit gugup. Ternyata Kak Irwan dan Eza ada di sana. Putri sebenarnya
sedikit ragu untuk bertemu Eza hari ini, tapi dalam hati ia bertekad untuk
mengakhiri semuanya dengan baik- baik.
Semuanya berawal dengan
baik jadi kenapa harus di akhiri dengan tidak baik, begitu fikir Putri.Semangat
Putri timbul kembali. Dalam hati ia bertekad untuk tetap menjadi Putri yang
ceria dan humoris, inilah Afika Putri Mayumi.
Putr i kembali
mengembangkan senyum, entah untuk siapa.Ia harus professional, seperti yang
dikatakan Kak Irwan tempo hari. Masalah pribadi tak perlu di bawa- bawa.
Bukankah sebelum berpacaran ia dan Eza adalah teman??? Jadi kenapa tidak itu
semua dapat terjadi lagi.
“Assalamu’alaikum...”
sapa Putri sambil menyalami tangan Kak irwan.
Salam Putri di jawab
oleh mereka semua.Tapi Putri merasakan sedikit keanehan pada dirinya. Ia merasa sedikit kaku. Eza ada di sana,
sedikit pun tak bergeming. Baru setelah melihat Marwa ia pun mendekati Marwa
dan mengajaknya ngobrol.
“Gimana Kak
hasilnya?”.Putri memulai pembicaraan.
“Rabu depan kita di
suruh ke sana lagi” jawab Kak Irwan.
Putri mengerutkan alis.
Sudah berkali- kali mereka datang ke kantor gubernuran hanya utuk mengurusi
masalah dana seminar yang mereka adakan. Tapi sampai sekarang pun dana yang
dijanjikan belum juga cair.
Dalam
hati Putri berfikir apa mereka berniat membantu???
Apa
sih pekerjaan mereka sampai sesibuk itu hingga sudah hampir satu bulan belum
juga dana itu keluar???
“Kok diam aja? Katanya
ada yang lagi bertengkar ya?”.Kak Irwan membuyarkan lamunan Putri.
Putri hanya menoleh
seraya tersenyum.Sementara Eza masih tak bergeming sedikit pun di kejauhan
bersama Marwa.
“Dik sini deh, Eza juga
sini deket Kakak”. Kak Irwan mencoba mencairkan kebekuan diantara mereka berdua.
Tapi tak ada yang
bergeming.Hanya sepi.
“Kalian berdua ini masa
mau putus sih? Padahal sudah hampir dua tahun kan pacarannya? Itu bukan waktu
yang singkat, itu sebuah prestasi bisa sampai dua tahunan.” Kata Kak Irwan
“Tapi Kak, kalau harus
di putusin sampai yang ketiga kalinya saya juga punya batas kesabaran. Orang
cerai aja kalau sudah tiga kali nggak boleh langsung rujuk lagi. Baterai hati
adik rasanya udah soak Kak” ujar Putri
ketus.
“Adik jangan berbicara
begitu dong.” Kak Irwan mengingatkan Putri
“Iya Kak, jangan putus
dong” sahut Salma, adik kelas Putri yang baru datang.
Tapi tekad Putri sudah
bulat.Ia tidak mau dikira mengemis cinta dan terlalu berharap pada Eza. Dia
juga punya harga diri.
Hingga azan magrib
terdengar, masalah Putri dan Eza belum terselesaikan.Putri berniat pulang, tapi
Kak Irwan melarangnya.
“Jangan pulang dulu,
selesaikan masalah kalian.” ujar Kak Irwan.
“Kita cuma mau shalat
kok di mushalla sebelah.” Jawab Putri.
“Ya udah, entar balik
lagi ya?” kata Kak Irwan.
Putri hanya menangguk
seraya menggandeng tangan Salma menuju ke mushalla.
Di mushalla orang-
orang sudah selesai mengerjakan shalat magrib berjamaah.Jadi Putri dan Salma
shalat sendiri- sendiri.Dalam sujudnya, Putri berdoa semoga saja semuanya tak
berakhir buruk.
Selesai shalat Putri sempatkan doa pada yang
kuasa semoga kedua orang tuanya di beri keselamatan dan kesehatan serta ia di beri
kemudahan dan kesuksesan. Usai shalat, Putri dan Salma kembali ke ruang
sekretariat.Semuanya sudah menunggu.
“Adik duduk di samping
Eza.” Kata Kak Irwan.
Putri menurut dan ia
duduk di samping Eza. Keduanya terdiam.
“Sekarang selesaikan
masalah kalian, jangan sampai semuanya berakhir dengan tidak baik.” Lanjut Kak
Irwan
Putri hanya tersenyum
kecut. Dalam hati ia benar- benar bingung tak tahu harus berkata apa- apa.
“Ayo sekarang bicarakan
semuanya, mumpung masih ada kesempatan.Jangan sampai silaturrahmi kalian putus
hanya karena kesalah fahaman” kata Kak Irwan.
“Ayo dek Putri
sampaikan semuanya, dek Eza juga” Kak Irwan membujuk mereka.
“Iya kak, jangan putus
dong” sahut Salma.
Eza menarik nafas
dalam, kemudian berkata “ Dia kan udah ambil keputusan, katanya udah putus,
udah bubaran”.
Putri ingin menangis.Ia
kuatkan dirinya untuk tak mengeluarkan air mata di depan Eza dan semuanya.
“Ayo mangkanya, kalian
bicarakan baik- baik sekarang.Kalau kemarin Putri menyimpulkan dari sms Eza
bahwa kalian berdua putus. Tapi Kakak melihat di sana tidak ada kata-kata
putus, hanya ungkapan kekecewaan dari Eza kalau adik Putri nggak pernah percaya
sama dia” Kak Irwan mencoba menjernihkan permasalahan
“Ayo dik, jangan sampai
adik menyesal. Kami semua yang akan jadi saksi adik bahwa adik telah menyatakan perasaan masing- masing. Kakak
melihat masih ada harapan di mata adik” Kak Irwan mencoba membujuk Putri
Tapi Putri tak angkat
bicara.Ia ragu. Semuanya hening....
Tiba- tiba....,
“ Oke,kalau udah
keputusannya kayak gitu terimakasih banyak . Cuma satu pesan saya tolong
sampaikan salam saya sama Mama karena sudah memberi kepercayaan sama saya untuk
bisa berhubungan dengan anaknya” Eza berkata dengan emosi seraya pergi
Terus keputusan adik
bagaimana?” tanya Kak Irwan pada Putri
“Ya seperti
keputusannya, kita berteman” jawab Putri dengan nada pasrah
Hati Putri benar- benar
hancur.Ia hanya inginkan kata maaf dari Eza, tapi begitu sulit ucapan itu
keluar dari mulut seorang Fahreza Maulana Ibrahim.
Putri sudah tak
tahan.Ia ingin cepat- cepat pulang. Tapi tiba- tiba...
Krak!!!
Sesuatu pecah di
kepala Putri.
Belum sepat
menengok
Byurrr!!!
Kembali lagi ia diguyur dengan air bercampur tepung. Dan setelah itu semua, serentak
mengucapkan “Happy birthday”
kepadanya.
Putri sempat bengong, namun akhirnya tak berselang berapa lama ia pun
paham. Tak terasa Putri
berteriak menangis.Ternyata semua pertengkaran dan yang lainnya hanya
sandiwara.Eza Cuma berakting saja. Begitu juga dengan Kak Irwan, Marwa,Salma,
Aris, dan yang lainnya.
“ Maaf ya sayang
semuannya cuma sandiwara. Sebenarnnya aku udah tahu kok, tapi aku Cuma ingin
kasih kejutan buat kamu.Met ultah ya...” ujar Eza sambil tersenyum.
Tapi Putri tak
sempat merona bahagia mendengar kata- kata Eza, matanya perih kemasukan
tepung.Ia menjerit- jerit.
“Air, air, air,
mataku perih” teriaknya setengah menangis.
Eza dengan sigap
menggandeng dan menuntunnya ke kamar mandi.
Putri lalu
membasuh wajah dan kepalanya.Dari kejauhan Kak Irwan tersenyum.Putri ingin
mengejar, tapi Eza mengajaknya pulang.
“Pulang yuk,
nanti dibersihin di rumah” ujar Eza.
Putri
menoleh.Iya mencubit Eza, mencekik lehernya.Putri benar- benar gemas dengan
pacarnya itu.
“Tega banget
sih?” kata Putri.
Eza hanya
tersenyum. Sementara yang lain sibuk menggoda mereka dengan siulan.
“Selamat memulai
kisah cinta yang baru ya, dengan masalah dan cerita yang baru juga” goda Kak
Irwan
Putri dan Eza
tersenyum sambil bergandengan tangan.
Hari ini, Putri
benar- benar bahagia.ia cubit Eza sekali lagi ketika mereka dalam perjalanan
pulang.
Eza meringis,
Putri hanyatertawa kecil melihatnya.
Sesampainya di
halaman depan rumah, Putri pandangi wajah Eza. Mereka berdua terdiam.Tapi tiba-
tiba Eza mencubit pipi Putri.
“Happy Birthday
sayang, I love you so much” ujarnya.
Belum sempat
Putri membalas Eza sudah membalik motornya dan pergi.
Putri sendiri di
halaman, ia tersenyum. Hatinya berbunga- bunga.Ia benar- benar tak sangka
semuanya ternyata adalah kejutan untuk hari ulang tahunnya kemarin.
“Thanks God”
batin Putri
Putri masuk ke
dalam untuk mandi dan memimpikan kisah indah hari ini.Cinta selalu menemukan
rasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar